Friday, April 6, 2007

Pola Pembinaan dan Pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM) di Wilayah Kota Bogor dengan Memanfaatkan ICT

1. Pendahuluan
Sejak krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997 dan masih berdampak pada perekonomian Indonesia yang masih melemah sampai sekarang, hal ini diindikasikan dengan turunya nilai mata uang rupiah secara berfluktuatif. Pada sisi lain tantangan era globalisasi AFTA (Asean Free Trade Area) tahun 2003 dan rencana otonomi daerah semakin dekat, sehingga penanganannya menjadi sangat crusial dan menuntut pemerintah Indonesia sebagai negara berkembang untuk mengembangkan dan memanfaatkan secara optimal potensi sumber daya yang dimiliki, terutama propinsi-propinsi di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya yang cukup memadai.
Propinsi Jawa Barat yang memberikan kontribusi terhadap PDB (Product Domestic Bruto) Nasional mencapai sekitar 33,71% sebagian besar dari sektor industri dan 15,72 % dari sektor perdagangan, memiliki potensi perkembangan perekonomian yang cukup besar dengan potensi alam yang sangat kaya dan beragam (SDA), potensi sumber daya manusia (SDM) yang cukup banyak, dan ditunjang oleh fasilitas infrastruktur dasar yang cukup memadai, serta keberadaan geografis yang cukup dekat dengan Ibukota Negara, sehingga kondisi tersebut menjadikan faktor keunggulan komparatif yang memiliki modal dasar bagi kegiatan sektor industri dan perdagangan (RENSTRA,2002).
Potensi sektor industri di Jawa Barat sampai dengan tahun 2000 secara kumulatif telah mencapai 186.215 perusahaan, yang terdiri dari Industri Besar (IB) 3.967 unit usaha perusahaan dan Industri Kecil Menengah (IKM) 182.248 unit usaha perusahaan. Investasi yang tertanam sebesar Rp. 76.909.112,49 (dalam juta), dengan rincian Industri Besar (IB) sebesar Rp. 70.230.861,89 (dalam juta) dan Industri Kecil Menengah (IKM) sebesar Rp. 6.678.250,60 (dalam juta). Sedangkan tenaga kerja yang terserap sebanyak 3.346.863 orang, dari jumlah tersebut Industri Besar menyerap sebanyak 1.326.769 orang, Industri Kecil sebanyak 1.020.094 orang.
Terdapat 22 Kabupaten Kota di Jawa Barat yang memiliki potensi sumber daya yang belum termanfaatkan dan dapat memberikan kontribusi yang berarti pada pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Dari 22 Kabupaten Kota tersebut, Kota Bogor memiliki daya tarik industri yang cukup tinggi dibandingkan dengan 22 Kabupaten/Kota yang lainnya, karena dilihat dari letak geografis, Kota Bogor relatif dekat dengan Ibu Kota Jakarta dan salah satu yang dilalui oleh jalan utama lalulintas kunjungan ke Kota lainnya di Jawa Barat.
Potensi Industri Kecil menengah (IKM) Kota Bogor sangat berperan di dalam kegiatan perekonomian masyarakat saat ini dari pada Industri Besar (IB), apalagi bila dikaitkan dengan perannya selama masa krisis yaitu berfungsi sebagai penyangga terhadap ketahanan perekonomian masyarakat dan bahkan berfungsi juga sebagai ketahanan sosial, karena melalui keberadaan IKM inilah banyak harapan dibebankan terutama dalam masalah kegiatan perekonomian, khususnya sebagai sumber pendapatan.
Dalam usaha mengembangkan potensi Industri Kecil Menengah (IKM) pada masa mendatang, pemerintah menyusun kebijakan dan program yang antara lain (1) mengembangkan industri penghasil bahan baku/ penolong/ barang modal serta industri komponen, (2) meningkatkan keterkaitan dengan kemitraan usaha antar sector industri, (3) meningkatkan penguasaan teknologi, (4) meningkatkan kerjasama aparatur pemerintah dengan pelaku usaha/ asosiasi bisnis, (5) meningkatkan utilisasi dengan menerapkan skala prioritas kapasitas produksi, (6) pembinaan dan pengembangan IKM melalui model kemitraan dan pengembangan komoditi unggulan, (7) Penguatan usaha IKM melalui pembinaan dan pengembangan layanan terpadu, (8) Peningkatan pembinaan secara terpadu dan pengembangan usaha IKM, dan (9) dukungan dan nfasilitas peningkatan, penguatan peran masyarakat/ lembaga swasta/ professional untuk berperan aktif dalam pembinaan dan pengembangan IKM. Inti dari kebijakan dan program pemerintah tersebut adalah membentuk jaringan produksi, jaringan pembina, dan jaringan pasar.
Dalam perkembangan bisnis masa lalu, cenderung adanya kontradiktif, yaitu disatu fihak memiliki sumber daya (resources) yang cukup memadai, tetapi masih terhambat dalam mewujudkan keunggulan bersaing, hanya terbatas pada keunggulan komparatif atau dengan kata lain IKM masih berbasis pada sumber daya (resources base). Sedangkan di lain fihak lingkungan usaha eksternal mengalami perubahan yang demikian cepat, sehingga yang berbasis sumber daya (resources base) cenderung kurang bisa mengikuti tuntutan eksternal.
Menyadari akan hal tersebut, dewasa ini terdapat kebutuhan yang mendesak, untuk mengidentifikasi IKM yang tidak saja berbasis sumber daya (resources base), tetapi lebih penting adalah untuk melihat prospek ke depan khususnya mengenai pasar.
Dewasa ini pengembangan potensi IKM belum optimal dalam memadukan potensi sumber daya dengan tuntutan pasar (integrated base management), karena itu terasa kebutuhan untuk melakukan pemetaan mengenai IKM unggulan dalam arti tidak saja memiliki keunggulan komparatif, tetapi juga memiliki keunggulan kompetitif ditinjau dari usaha unggulan maupun pengusaha andalan, sebagai penjabaran dari RENSTRA, yaitu membentuk jaringan produksi, jaringan pembina, dan jaringan pasar yang akhirnya akan membentuk perluasan pasar.
Implementasi program dan kebijakan pemerintah tahun 2003 yang dijabarkan dalam RENSTRA tahun 2002 harus konkrit sebagai action plan yang didasari pada pemetaan usaha IKM unggulan dan pengusaha Andalan sebagai masukkan untuk membentuk jaringan produksi, jaringam pembina, dan jaringan pasar.
Berdasarkan kondisi di atas, potensi IKM yang ada di Kota Bogor khususnya perlu dikelola dengan efektif dan efesien, supaya secara nyata dapat memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat Kota Bogor pada khususnya dan menunjang kesejahteraan Nasonal pada umumnya, maka pemerintah dan dunia usaha harus memfasilitasi suatu program kegiatan dalam bentuk pola pembinaan dan pengembangan IKM Kota Bogor, tetapi di sisi lain pola pembinaan dan pengembangan IKM masih sangat sulit, karena belum dimilikinya blueprint pembinaan IKM untuk kurun waktu 2002 s/d 2007 yang mencakup informasi mengenai berbagai komoditi unggulan (dilihat secara komparatif dan kompetitif) dan siapa pengusaha yang diandalkan (player), sehingga pola pembinaan dan pengembangan IKM menjadi tidak tepat sasaran dan tidak dapat diukur berhasil atau tidaknya kegiatan pembinaan tersebut yang akhirnya akan mempersulit action plan sebagai mana yang dijabarkan dalam rencana strategi (RENSTRA) untuk lima tahun ke depan.
Berdasarkan penomena di atas, maka pemerintah yang dipelopori oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan propinsi Kota Bogor melakukan pertemuan (semiloka) dengan berbagai pihak yang telah dan akan terlibat dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan Industri Kecil Menengah. Dari semiloka tersebut diperoleh gambaran nyata dan menyeluruh tentang kondisi IKM baik dilihat dari sudut potensinya maupun dari permasalahannya, informasi ini sangat diperlukan supaya program yang akan diberikan tepat sasaran serta sesuai harapan pengusaha. Atas dasar informasi yang didapat dari hasil perumusan, maka dilanjutkan pemetaan terhadap profil pengusaha andalan dan komoditi unggulan yang akan dibahas secara rinci dalam penelitian ini.
Karena itu perlu diadakan penelitian mengenai stratifikasi kondisi IKM sesuai dengan kondisi nyata usaha dan para pengusahanya, baik potensi maupun permasalahnya, sehingga bentuk penanganan masalahnya dapat disesuaikan dengan harapan pengusaha, yaitu ditetapkannya usaha unggulan dan pengusaha andalan yang nantinya akan dapat memberikan arah terhadap prioritas program yang sangat mendesak (crusial) dan sangat penting (importance) dengan penjadwalan yang terencana disesuaikan berdasarkan rencana strategi (RENSTRA) untuk kurun waktu selama 5 (lima) tahun.

2. Tujuan dan Ruang Lingkup
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini :
Menentukan karakteristik pembina IKM pada berbagai instansi, baik pemerintah maupun swasta di dalam rangka melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap IKM sesuai dengan harapan pengusaha.


3. Karakteristik Pembina IKM di Kota Bogor

Pada umumnya pembinaan yang dilakukan masih kurang dapat memenuhi harapan pengusaha, terutama pembinaan yang dilakukan oleh LSM, Lembaga Keuangan, dan Pemerintah. Sebagian besar pengusaha IKM mengharapkan pembinaan yang berkesinambungan dan terarah yang meliputi :
1. Dalam perencanaan,
Mengarahkan dalam menyusun rencana usaha
Mengarahkan dalam menyusun strategi usaha
Mengarahkan ide-ide
2. Dalam proses pengembangan,
Mengarahkan dalam menciptakan komoditi baru
Mengarahkan dalam pengadaan dan penerapan teknologi baru
3. Dalam permodalan,
1. Mengarahkan akses permodalan
2. Mengarahkan pinjaman lunak
3. Mengarahkan modal secara cuma-cuma dengan pengawasan khusus
4. Dalam pemasaran,
Mengarahkan analisis pasar
Mengarahkan akses pada konsumen
Mengarahkan dalam kegiatan promosi
Mengarahkan kerjasama dengan pihak lain, seperti pemasok, distributor, pengusaha yang sama dll.
Sedangkan pembinaan yang dilakukan oleh para pembina sebagian besar mengarah pada aspek produksi.
Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang paling banyak memberikan pembinaan dari lembaga-lembaga pendidikan dan pembinaan yang dilakukan sebagaimana yang terlihat pada gambar 1.


Gambar 1.
Aspek-aspek Pembinaan IKM di Kota Bogor Berdasarkan Kinerja Pembina dan Harapan Pengusaha
(Lembaga Swadaya Masyarakat)
HARAPAN PENGUSAHA
9
6
3
1
6
3
1
Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
1
2
3
4
5
K
I
N
E
R
J
A


P
E
M
B
I
N
A
















Keterangan :
1. 1. Aspek Produksi 2. Aspek Keuangan
2. 3. Aspek Sumber Daya Manusia 4. Aspek Pemasaran
3. 5. Aspek Penelitian dan pengembangan

Berdasarkan gambar 1 di atas, pembinaan yang dilakukan oleh LSM yang memiliki kinerja cukup baik dan hampir sesuai dengan harapan para pengusaha adalah pada aspek produksi. Sedangkan aspek sumber daya manusia sudah sesuai dengan harapan para pengusaha walaupun kinerja pembinaannya dinilai sedang.
Pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan termasuk perbankan lebih dititik beratkan pada aspek keuangan, sebagaimana yang terlihat pada gambar 2.

Gambar 2.
Aspek-aspek Pembinaan IKM di Kota Bogor Berdasarkan Kinerja Pembina dan Harapan Pengusaha
(Lembaga Keuangan)
HARAPAN PENGUSAHA
9
6
3
1
6
3
1
K
I
N
E
R
J
A


P
E
M
B
I
N
A



Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
1
2
3
4
5














Keterangan :
1. Aspek Produksi 2. Aspek Keuangan 3. Aspek Sumber Daya Manusia
4. Aspek Pemasaran 5. Aspek Penelitian dan pengembangan



Gambar 3.
Aspek-aspek Pembinaan IKM di Kota Bogor Berdasarkan Kinerja Pembina dan Harapan Pengusaha
(Dinas Perindustrian dan Perdagangan)

HARAPAN PENGUSAHA
9
6
3
1
6
3
1
K
I
N
E
R
J
A


P
E
M
B
I
N
A



Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
1
2
3
4
5














Keterangan :
1. Aspek Produksi 2. Aspek Keuangan 3. Aspek Sumber Daya Manusia
4. Aspek Pemasaran 5. Aspek Penelitian dan pengembangan



Gambar 4.
Aspek-aspek Pembinaan IKM di Kota Bogor Berdasarkan Kinerja Pembina dan Harapan Pengusaha
(Instansi Pemerintah Lainnya)

HARAPAN PENGUSAHA
9
6
3
1
6
3
1
K
I
N
E
R
J
A


P
E
M
B
I
N
A



Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
1
2
3
4
5














Keterangan :
1. Aspek Produksi 2. Aspek Keuangan 3. Aspek Sumber Daya Manusia
4. Aspek Pemasaran 5. Aspek Penelitian dan pengembangan



4. Kesimpulan
Pada umumnya pembinaan yang dilakukan masih kurang dapat memenuhi harapan pengusaha, terutama pembinaan yang dilakukan oleh LSM, Lembaga Keuangan, dan Pemerintah. Sebagian besar pengusaha IKM mengharapkan pembinaan yang berkesinambungan dan terarah yang meliputi :
Dalam perencanaan,
Mengarahkan dalam menyusun rencana usaha
Mengarahkan dalam menyusun strategi usaha
Mengarahkan ide-ide
Dalam proses pengembangan,
Mengarahkan dalam menciptakan komoditi baru
Mengarahkan dalam pengadaan dan penerapan teknologi baru
Dalam permodalan,
4. Mengarahkan akses permodalan
5. Mengarahkan pinjaman lunak
6. Mengarahkan modal secara cuma-cuma dengan pengawasan khusus
Dalam pemasaran,
Mengarahkan analisis pasar
Mengarahkan akses pada konsumen
Mengarahkan dalam kegiatan promosi
Mengarahkan kerjasama dengan pihak lain, seperti pemasok, distributor, pengusaha yang sama dll.
Sedangkan pembinaan yang dilakukan oleh para pembina sebagian besar mengarah pada aspek produksi/ teknis.









DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David A. 2001. Strategic Market Management. Sixth Edition, John Willey & Sons, Inc., New York.

Ahmed, Pervaiz K and Mohammad Rafiq. 2002. Internal Marketing : Tools and Concept for Customer-Focused Management. Butterworth Heinemann., Oxford.

Barlow, Janelle and Dianna Maul. 2000. Emotional Value : Creating Strong Bonds with Your Customers. Berrett-Koehler Publishers,Inc., San Francisco.

Bendell, Tony, Louise Boulter, dan John Kelly. 1995. Benchmarking for Competitive Advantage. Pitman Publishing Inc., London.

Bergeron, Bryan. 2002. Essentials of CRM : A guide to Customer Relationship Management. John Wiley & Sons, Inc., New York.

Brown, Stanley A. 2000. Customer Relationship Management : A Strategic Imperative in The World of e-Business. Interrobang Graphic Design Inc., Canada.

Colley, John L, Jacqueline L Doyle and Robert D Hardie. 2001. Corporate Strategy. The McGraw-Hill Executive MBA Series., New York.

Cravens, David W and Nigel F. Pierly. 2003. Strategic Marketing. McGraw-Hill., Boston.

Cook, Michelle and Curtis Cook. 2000. Competitive Intelligence. Great Britian by Bell & Bain Ltd, Glasgow., London.

D’Aveni, Richard A. dan Robert Gunther, 1995. Hypercompetitive Rivalries: Competing In Highly Dynanic Environments. The Free Press., New York.

Day, George S. 1999. Market Driven Strategy : Processes for Creating Value. The Free Press., New York.

Fitzsimmons, James A and Mona J. Fitzsimmons. 1994. Service Management for Competitive Advantage. McGraw-Hill International Editions., New York.

Gordon, Ian H. 2002. Competitor Targeting : Winning the Battle for Market and Customer Share. John Wiley & Sons., Canada.

Griffin & Lowenstein. 2001. Customer Winback: How to Recapture Lost Costomers and Keep Them Loyal.Jossey-Bass A Willey Company San Francisco

Greenberg, Paul. 2002. CRM : Capturing and Keeping Customers in Internet Real Time. Second Edition, McGraw-Hill., New York.

Gummesson, Evert. 1999. Total Relationship Marketing : Rethinking Marketing Mangement: From 4Ps to 30Rs. Butterworth Heinemann.,Oxford.

Heskett, James L, W. Earl Sasser, Jr, and Leonard A. Schlesinger. 1997. The Service Profit Chain : How Leading Companies Link Profit ang Growth to Loyalty, Satisfaction, and Value. The Free Press., New York.

Hitt, Michael A., R. Duane Ireland and Robert E. Hoskisson. 2001. Strategic Management : Competitive and Globalization. Fourth Edition, South-Western Publishing., USA.

Horovitz, Jacques. 2000. Seven Secrets of Service Strategy. Prentice-Hall., Harlow., England.

Kotler, Philip and Karen F.A. Fox. 1995. Strategic Marketing for Educational Institutions. Second Edition, Prentice Hall, Inc., New Jersey.

_______dan Gary Armstrong. 2001. Principle of Marketing. Ninth Edition, Prentice Hall International, Inc., New Jersey.

___________. 2000. Marketing Management. Millenium Edition, Prentice Hall International, Inc., New Jersey.


Lovelock, Christopher and Lauren Wright. 2002. Principles of Service Marketing and Management. Second Edition, Prentice Hall.,New Jersey.

__________________, Jochen Writz, and Hean Tat Keh. 2002. Service Marketing and Management. Prentice-Hall., Singapore.

Minett, Steve. 2002. B2B Marketing : A Radically Different Approach for Business to Business Marketers. Prentice-Hall., London.

Pollard, Andrew. 1999. Competitor Intelligence : Strategy, Tools, and Technique for Competitive Advantage. Pitman Publishing., London.

Porter, Michael E. 1993. Competitive Strategy : Techniques for Analyzing Industrial and Competitors. The Free Press, A Division of Macmillan,Inc., New York.

Schonberger, Richard J. 1990. Building Achain of Customers : Linking Business Functions to Create The World Class Company. The Free Press, A Division of Macmillan, Inc., New York.

Storbacka, Kaj and Jarmo R. Lehtinen. 2001. Customer Relationship Management. Mc.Graw Hill Education., Singapore.

Sucherly. 1996. Strategi Pemasaran dalam Industri Kayu Gergajian dan Pengaruhnya Terhadap Penjualan. Disertasi S3-UNPAD., Bogor.

________. 2003. Survey House Style PT. Telkom Indonesia Divre III. P3B-Unpad., Bogor.

________.2002. Customer Satisfaction Survey and Loyalty PT. TELKOM Divre III. P3B-Unpad., Bogor.

_________.2002. Customer Profile dan Behavior Jasa SLI-008 PT. Satelit Palapa Indonesia. P3B-Unpad., Bogor.

_________.2002. Customer Satisfaction and Loyalty Survey PT. Bank Jabar. P3B-Unpad. Bogor.

_________.2002. Pemetaan Komoditi Industri Kecil Menengah Unggulan dan Pengusaha Andalan di Propinsi Jawa Barat. P3B-Unpad., Bogor.

_________.1999. Penelitian Kapabilitas Organisasi di Badan Pemeriksa Keuangan. P3B-Unpad., Bogor.

Swift, Ronald S. 2001. Accelerating Customer Relationships : Using CRM and Relationship Technologies. Prentice Hall PTR, Upper Saddle River., London.

Wheelen, Thomas L. d J. Hunger. 2000. Strategic Management : Business Policy. Prentice Hall International., New Jersey.

No comments: